Surat Dari Bidadari
12:22 PM
Assalamualaikum Wr. Wb.
Halo Nda, selamat pagi ーketika aku menulis surat ini. Mungkin kamu baca kelak siang, sore, malam, atau esok. Selamat membaca apapun kondisi langit tempatmu berpijak.
Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Mendengar kabarnya, bahagia? Tentu. Senang? Sudah pasti. Apalagi yang diharapkan dari seorang sahabat (jika kamu juga menganggap demikian, haha) pada sahabatnya, teman curhatnya, selain ending yang bahagia dari seluruh perjalanan soal rasa suka.
Aku tidak tahu harus dari mana memulai. Dua hari lalu saat Maryam menghubungiku, Maryam cerita soal kisah bertemu kalian. Bisa bayangkan bagaimana rasanya jadi orang yang tahu sebagian kisah hidupmu; walau tidak semua? Meskipun cerita itu tidak jelas seutuhnnya. Kadang aku berharap kamu ngirimi itu ke aku haha biar aku puas bacanya. Ah, apalagi kamu yang mengalaminya ya? Tentu lebih nggak nyangka.
Dari Selasa juga, aku badmood seharian. Rasanya nggak tau kenapa. Hari ini aku sadar lagi, ketika sepanjang pagi aku udah berangsur being normal person dan buka blogmu, aku badmood lagi, hahaha. Bukan, bukan badmood. Tepatnya seperti perasaan kamu pengen sendiri dan nggak diganggu siapa-siapa. Pengen telfon Nda lama-lama dan kemudian nangis mewek. Dan bahkan sampai detik ini aku nggak mampu baca tulisan kamu sampe akhir. Hahaha, lebay ya.
Kangen banget sama Nda.
Aku seriusan kangen sama segala obrolan-obrolan yang bermakna. Aku mau bilang aku kagum sama Nda. Tapi paling kamu juga udah tau ya. Bagaimana caranya mensolehkan diri Nda? Sementara persoalan di kampus melulu soal amanah organisasi, skripsi, dan manajemen diri ngelola hal itu-itu aja. Muslim di sini banyak, tapi kenapa keinginan belajar masih kurang diupayakan. Kadang iri sama tempat minoritas yang justru keislamannya malah menguat. Bagaimana memasrahkan diri sepenuhnya sama Allah dan bagaimana bisa merasa ikhlas terhadap semuanya. Kalau tau kisah suka Nda, kisah Nda pernah dilamar bahkan sama orang hafal Quran, dan kemudian Allah ganti dengan yang jauuuuh lebih baik. Kita tentu sama-sama nggak nyangka kisah ini justru akan berakhir dengan akhir yang lebih baik :""")
Aku masih tipikal Nda kedua. Masih nyebut nama kalau doa, tapi aku bilang sih ke Allah kalaupun itu tidak baik, aku minta agar aku bisa ikhlas terhadap segala keputusan terbaik yang Allah kasih. Tentang doa aku antara gambling antara dua pilihan sih. Aku pernah tanya temen-temen mana yang baik soal doa duluuu banget jaman masih di IC. Mana yang lebih baik? Katanya doa harus spesifik, tapi katanya kita diminta yang terbaik. H***** bilang, kita boleh minta apa aja sama Allah tapi Allah pasti ngasih yang terbaik. Sejak itu, aku minta spesifik, soal banyak hal tentu. Termasuk juga urusan hidup masa depan. Tapi minta ikhlas kalau menurut Allah itu nggak baik. Mungkin masih salah ya Nda. Ada hal yang mungkin melebihi batas di masa lalu. Yang rasanya takut banget kalau keungkit di masa depan. Hahaha, kenangan itu kadang jadi musuh ya.
Aku nggak tau mau ngomong apa lagi ke Nda.
Aku baru tau rasanya dulu T**** sama P**** emosional banget waktu N**** mau nikah. Ternyata emang gini ya rasanya temen deket, sahabat, temen curhat kita mau nikah. Aku baru tau ada sisi kegakrelaan; bukan soal siapa duluan yang nikah. Tapi rasa masih pengen main sama kamu pengen denger cerita-cerita kamu, pengen denger lebih banyak hal lagi. Lebih banyak hal lagi.
Jadi bagaimana email ini akan kuakhiri? Kalau kamu barangkali jadi salah satu sebab aku mutung belakangan ini, ngambekan, badmoodan, diajak ngomong orang males nanggepin, kerjaan belum kelar-kelar. Butuh banyak main dan ketemu orang, sementara masih banyak hal yang belum selesai :"
Nida yang bersinar layaknya matahari,
aku bener-bener mau nagis di titik aku nulis email ini. Ada yang bikin aku sedih. Tentu saja bukan pernikahan kalian, dan tentu aku sangat berharap terhadap kebahagian kalian. Aku terharu barangkali terhadap seluruh kisah ini. Atau nggak sanggup bayangin kamu yang akan hidup lama di Jepang dan aku nggak tahu akan ketemu kamu lagi kapan. Ahaha sok baper deh Fitri :"
Sejauh ini aku nggak pernah nyangka pertemanan kita akan sejauh ini. Aku dulu tertutup dan nggak pernah cerita ke siapa-siapa. Kamu adalah orang pertama yang tahu seluruh rahasiaku yang entah akhirnya kayak mana. Apa indikator orang siap menikah Nda? Apa yang membuatmu siap untuk menikah? Itu adalah pertanyaan yang belum berhasil aku jawab detik ini.
Dear Nda, ajarin aku untuk lebih banyak dekat ke Allah. Untuk lebih kuat lagi tekad hafalan dan murajaahnya. Untuk lebih action lagi, gak cuma sekedar wacana. Untuk ngejar akhirat, bukan lagi dunia. Untuk ngejar ridha Allah, bukan penampakan yang layak di mata manusia. Untuk meminta selalu pada Allah, bukan pada hamba.
.
.
.
Ajarin aku.
Maaf ya Nda, kalau email ini malah ngerusuhin hari-harimu. How come aku nggak rusuh? Kalau kerusuhan ini cuma bisa aku lakuin sekarang-sekarang ini?
Seseorang yang sayaaaang sama kamu.
Semoga Allah selalu meridhaimu.
Semoga cinta kalian akan membawa kalian pada surgaNya.
Tanpa dibaca ulang (jadi maafkan kalau banyak kata-kata salah),
Yogyakarta, 4 Februari 2016
16 hari sebelum akad yang tidak bisa aku saksikan.
Uhibbuki fillah,
Fitri Hasanah Amhar,
Wassalamualaikum Wr. Wb.
0 komentar