Ada satu jenis rasa kangen yang tidak bisa diobati hanya lewat pertemuan dengan objek yang dirindui.
Ada satu jenis macam kangen yang datang dari memori utuh sebuah kejadian.
Tentang sebuah percakapan yang kalaupun diulang sekarang rasanya tidak akan sesemarak dulu lagi, saat pertama kali kata-kata itu terucap dari si empunya pemikiran.

Kenangan yang tersimpan dalam perkamen waktu yang telah dibereskan rapi.
Nasihat tetua yang berbunyi di pengeras suara masjid yang cat temboknya warna hijau dan karpetnya warna merah ketuaan.
Memori-memori lama yang tidak bisa lagi direplikasi, pun jika aktor-aktris kejadian masa lalu itu bertemu lain waktu lain kesempatan.

Bahwasanya aku bersikeras kalau rasa kangen ini akan tetap menetap di dasar hati.
Tidak bisa dicandai dengan janji bertemu lain hari untuk berkumpul lagi dengan kawan-kawan seperjuangan di masa dimana standar kebahagiaan hanya berbatas pada nilai minimum kelulusan sebuah pelajaran.
Parahnya rasa kangen seperti ini agaknya sudah menjadi candu yang aku buat-buat sendiri terlebih di waktu malam dan kedinginan.

Sekali lagi.
Ada satu jenis rasa kangen yang tidak bisa diobati hanya lewat pertemuan dengan objek yang dirindui.
Detail yang menjadi material memoar itu dibuat, harus persis sama lagi.
Waktu, tempat, latar, sebab, siapa yang berbicara tentang apa, dan terlebih tentang rasa dan selera yang dirasai.

Digging up our old photos on Facebook and I just can't help to not republish this one, Mates! Miss you all!