Untuk Shofura

12:25 AM

     Di malam ke-20 bulan Ramadhan ini, setelah menonton sebuah film yang diangkat dari novel karya penulis terkenal Asma Nadia berjudul "Assalamu'alaikum Beijing", entah hembus semilir bagian bumi mana yang menggerakkan impuls otakku untuk memikirkan kalian berdua. Kedua teman yang namanya sangat indah: Umainah dan Shofura. Sungguh, nama kalian begitu khas sekali terdengar di telingaku. Awalnya kukira, keindahan nama kalian berasal dari keindahan kata-katanya. Tapi ternyata, ada siratan lebih yang berhasil terekam tiap kali kucoba menyebut nama kalian, Shof, May...
     Ada semacam perlambang "keibuan" yang entah dari mana asalnya bermuara. Ketika mengingat kalian, ada gambar-gambar tentang sosok calon ibu-ibu hebat yang terkembang di layar imajinasiku. Dua orang penghafal Al-qur'an (dan bahkan sudah jadi Hafidzah) yang kelak akan jadi sekolah pertama anak-anak shalih dan shalihah. Aamiin.
     Dear, Shofura. Di suatu malam tiga hari lalu, ketika Umainah bilang bahwa esoknya kamu akan lamaran, sungguh aku terharu sekali. Ada rasa kangen yang entah dari mana datangnya. Dipikir-pikir, kita yang hanya berkenalan lewat Umainah sebagai perantaranya dan tidak pernah bertemu ini, bagaimana bisa membuat aku merasai simpati yang sama untuk kebahagiaan yang sedang kamu rasai. Tapi sungguh, rasa kangen semacam itu betulan ada, Shof. Aku mendadak ingin terbang pulang ke Indonesia. Tidak, Shof. Aku tidak akan pilih CGK untuk landing, sekalian saja aku pilih rute Fukuoka - Halim Perdana Kusuma agar sekeluarnya aku dari bandara, akan kuberhentikan angkot Bandung yang menuju kediaman kamu di rumah dinas Wakil Walikota Bandung.
     Oh iya, satu fakta lagi tentang kamu yang aku dapat tahu dari Umainah adalah, kesederhanaan kamu yang seperti tidak kenal titel sebagai puteri dari Pak Wali. Aku ingat betul, ketika pertama kali Umainah menceritakan tentang kamu, bahwa ada orang lain selain aku yang ia temui memiliki simian line di telapak tangannya dan itu adalah kamu, Umainah bilang bahwa pembawaanmu begitu kalem dan sangat sederhana.
     "Pokoknya ya Nda, pas ketemu sederhana banget dan sama sekali nggak nyangka itu anaknya Pak Oded," begitu katanya. Ah, Shof. Kamu itu...
     Dan di malam ketika tiba-tiba kita bertiga terinisiasi untuk mengobrol di grup chatting yang sama, tepat semalam sebelum hari lamaran kamu tiba, berita tentang lamaranmu itu adalah kabar manis paling mengharukan di awal bulan Juli tahun ini. Bisa jadi, sebetulnya berita ini tidak begitu mengejutkan kalau-kalau sejak beberapa hari sebelumnya aku tidak terus-terusan berujar kepada Umainah, "May, beruntung banget ya, siapapun cowok yang dapetin Shofura. Pasti ikhwan yang ngantri banyak banget."
     Dan Umainah, mungkin saja selama beberapa lama tergelitik geli membaca pesanku di messenger tersebut karena sebetulnya ia tahu tentang sebuah hari besar yang akan secepatnya tiba, sampai akhirnya keceplosan juga ia mengabariku di grup chatting kami bertiga soal lamarannya Shofura. Sementara Shofura, hanya menjawab keterkejutanku dengan sederhana, "Doanya ya Nida shalihah..."
Ah, Shof. Sempat-sempatnya kamu masih menyelipkan doa untuk teman barumu ini agar jadi shalihah :')
     Dan malam ini betulan membuktikan bahwa kasih sayang Allah adalah wujud sempurna tentang bagaimana manusia bisa bersaudara hanya karena adanya iman yang sama. Tentu saja, perkenalan kita bukan kebetulan, Shof. Jika aku perlu berlogika, bisa jadi aku tidak bisa mengenal sosok hebat seperti kamu kalau aku tidak mengenal Umainah. Jika aku tidak mengikuti Karantina Menghafal Al-qur'an angkatan ke-2 yang diadakan oleh Hamasah di bulan Desember 2014 lalu, bisa jadi aku tidak mengenal Umainah hingga bersaudaraan dengannya. Lalu, jika dan hanya jika aku tidak memutuskan untuk cuti satu semester dari kampusku di Jepang sini dan pulang ke Indonesia, belum tentu aku dapat merasai pengalaman luar biasa berkesan selama sebulan lamanya mengikuti program karantina menghafal Al-qur'an di Jembrana, Bali. Dan barangkali, kalau saja Umainah tidak mengkhatamkan 30 juz hafalan Al-qur'annya di karantina angkatan ke-2 waktu itu, mungkin saja ia tidak akan terundang dan dipanggil menjadi salah satu ustadzah pembimbing untuk karantina angkatan ke-3 di Belitung bulan lalu yang melibatkan kamu juga sebagai salah satu ustadzah pembimbingnya hingga ia bisa mengenal dekat kamu, Shof. Dan keluar dari segala silogisme yang biasa kita buat-buat, sungguh tidak ada yang lebih kuasa dari kehendak-Nya yang telah merencanakan perkenalan kita tertulis di Lauhil Mahfudz, sejak kita masih di dalam kandungan berumur empat bulan lamanya. Allah itu romantis sekali ya, Shof?
     Wahai ibu hebat di masa depan, Shofura namanya. Sebetulnya, tulisan ini akan jadi tidak penting jika hanya membahas bagaimana kagumnya aku terhadap kamu. Tulisan ini adalah bentuk syukur, Shof. Tulisan ini adalah caraku mengejawantahkan kasih sayang-Nya yang begitu luar biasa. Aku heran, bagamana bisa Allah men-skema-kan ini semua, yang aku pun seperti habis kata mengekspresikannya. Tapi sungguh, secara sederhana, aku hanya ingin bilang, bahwa kasih sayang dalam ukhuwah atas dasar iman dan kecintaan kepada Yang Maha Mencintai itu betulan ada. Dan akulah salah satu manusia yang Allah kehendaki untuk merasainya. Aku terharu sekali saat mendengar kabar bahagiamu, Shof. Barakallohu laki...
     Semoga segala persiapannya lancar ya, sampai hari H-nya tiba. Insya Allah Sang Maha Penghimpun akan memudahkan. Maaf untuk tidak berkesempatan hadir di acara penting kamu nanti karena bisa jadi aku belum diberi rejeki untuk pulang hingga bulan Agustus nanti.
     Salam istiqomah :)

      Beppu, 10 Juli 2015

 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Contact Form

Name

Email *

Message *

recent posts

Subscribe