Terhadap banyak hal buruk yang menindas kebiasaanku untuk bersyukur, enyahlah. Pergilah dari semayam daging yang Tuhan titipkan atas nuraniku dalam bingkai bernama "hati". Karena segala hal yang perih-perih, sudah dicatat dari dulu di ilmu punya-Nya. Maka enyahlah kamu, wahai kekufuran atas nikmat! Aku tidak mau kotori intimasiku dengan-Nya.
Dan terhadap banyak kedengkian untuk cantiknya paras ayu, gelimangan harta benda, dan keberuntungan hidup yang layak, enyahlah juga dari sampingku. Karena kedengkian macam kamu tidak pantas mendampingiku dalam pengejaran manis madu imanku untuk-Nya. Kedengkian macam kamu hanyalah bahan bakar untuk melahap habis keterpujianku. Jangan sampai kamu berani-beraninya lagi mendekat kesini menghunuskan pedang perlawanan imanku. Pergilah jauh-jauh!
Seandainya saja hidup lebih mudah, aku sungguh tidak akan tahu bagaimana caranya mengendalikan hati. Seandainya saja jalan lebih lapang, aku tidak akan tahu-menahu bagaimana caranya mendekati Tuhanku. Karena aku ini munafik yang miskin ilmu, baru mendekat kalau ada yang dimau atau suatu celaka menimpaku.
Duhai jiwa nestapa yang hidup di dalam diriku, berjuanglah selalu. Karena kamu sejatinya makhluk yang merugi. Kamu adalah ciptaan-Nya yang selalu ada dalam keadaan rugi dan merugi dan merugi melulu. Terkecuali, jika kamu menyebarluaskan kebaikan dan kesabaran di antara milyaran sejenismu.
(google image) |
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
Beppu, 31 July 2015